Minggu, 26 Januari 2025

Bagaimana jika ia pergi

barangkali

sesekali sadar harus segera bertandang

sejenak

tuk menghilangkan penak


suatu hari

aku bermimpi

menjumpaimu

di pinggir pantai sore itu


bergandengan tangan

berpeluk

mengelus kening

serta menciumi bibir yang tengah rekah dalam dada


pada akhirnya aku terbangun

merengus waktu

yang telah merenggut perjalananku

sedang yang aku tau

mimpi tak datang berulang

dan yang paling menyakitkan adalah

engkau tak kunjung bertandang


jangan pernah berpikir akan keabadian cinta

bersamamu saja

aku tak yakin mampu terus bersama

aku tak berharap lebih akan kita

yang aku tau

kita 

tak pernah mampu menyatukan 

aku dan kamu


lihatlah siapa yang pergi terlebih dahulu

kamu atau aku,

namun sepertinya harus aku


setelah kejadian itu

aku tak lagi memintamu

aku tak yakin hati ini akan baik-baik 

jika terus memendam rasa sakit


aku hanya mau menjalani 

tanpa melihat akhirnya nanti

mari kita tunggu

sampai kapan kita akan bersatu

dan siapa yang akan pergi terlebih dahulu

Sabtu, 25 Januari 2025

Mimpi



Lebih baik aku bermimpi

Yang didalamnya

Aku menemukan segala macam cara menggapaimu

Meraba pipi molekmu hingga

Kepuncak harap; memelukmu.

 

Tak akan pernah tuntas

Walau kalender telah melipat hari

Hari telah menghapus waktu

Waktu menutup hidup

hidup kehabisan kisah

Kisah yang enggan menuai mimpi.

 

Kuhela nafas

Di serambi rindu

Seketika semerbak aroma khas lehermu

tempo itu,

Hampir saja merusak indra penciumanku

Sebab selainnya

Tak ada yang sanggup menyerupaimu

 

                               




Jumat, 24 Januari 2025

Mei !


Mei kini

namun dia telah hilang dalam harapan

tidak dalam hati.

mei kini

akan segera berlalu

tapi entah mengapa masih aku tunggu; 

dirimu


bolehkah aku bermimpi,

kitalah yang sering keliling kota

mencari ujung jalan

kendati tak pernah selesai kuukir sebagai senang

yang mungkin nanti menjelma kenang

menikam segala bentuk ingatan


sesekali berlindung dibalik pohon yang rindang

berteduh,

dari hujan

yang menghias dengan rapi sebuah kenangan


entah sekarang

ketika sedang hujan

ialah agar segala air mata yang tumpah

tak pernah berbagi segala kesedihannya

serta sakitnya

kepada siapa saja yang memandangnya.

Kamis, 23 Januari 2025

Menjemput Senja di Langit Mahakam

 

mahakam

Pagi ini kurapikan lagi buku-buku yang berserakan seperti biasa malamnya aku langsung tidur dan tidak meletakkannya lagi ke rak, aku suka membaca aku suka menulis tapi tidak pandai, aku suka bercerita pada diri sendiri, ceritaku hanya sederhana perihalmu, tak seperti penulis-penulis buku novel yang bercerita panjang lebar, inilah aku dan kamu dalam duniaku.

Jam 8 pagi ini aku harus segera ke kampus karena ada kuliah, kuliah pertama setelah liburansetelah bangun tadi, aku langsung bergegas bersiap-siap dan sesegera segera mungkin berangkat kuliah agar tidak telat di pertemuan pertama ini.

Aku mulai kuliah sejak menamatkan sekolah menengah atas pada tahun 2021, terbilang masih sangat awal dan sampai sekarang aku masih menjalani status sebagai mahasiswa di salah satu universitas yang memiliki jumlah mahasiswa terbanyak Se Kalimantan Timur.

Kurang 5 menit dari waktu yang telah terjadwal aku baru siap untuk berangkat, jarak kost ke tempat kuliah lumayan dekat tidak sampai 10 menit tergantung ramai atau tidaknya jalan saat itu, untungnya setelah aku berangkat jalanan tidak begitu ramai hanya beberapa motor dan mobil atau pejalan kaki di bahu jalan, sesampainya di kampus aku langsung masuk ke ruang kelas yang berada di lantai 3,  Aku telat 4 menit tapi bersyukur dosennya belum terlihat di dalam kelas. 

Aku duduk di Pojok kelas karena di depan sudah terisi semua, aku duduk di Sebelah temanku yang kayaknya juga baru datang, dia Tiara perempuan yang sudah ku kenal hampir 2 tahun ini,  perempuan yang sering mengganggu nyanyak tidurku, dan memenuhi ruang kepalaku.

“pagi raa” aku menyapa dengan gembira,

“pagi juga” dia menyahut sembari tersenyum,

Aku tak melanjutkan percakapan lagi sebab terdengar suara pintu yang di buka, ternyata dosenku telah tiba, beliau masuk sekitar 15 menit kemudian. Perkuliahan hari ini hanya kontrak belajar saja jadi hanya sebentar sebagai pengenalan, sekitar 1 jam kuliah berlangsung, kuliah pun berakhir setelah bapaknya mengucap salam sembari meninggalkan ruangan, aku masih duduk di kelas beberapa temanku sudah berangsur Pergi.

Karena jam 1 nanti masih ada kuliah lagi, aku memutuskan untuk tetap di kelas, Aku menolehkan ke samping kanan aku hanya menemukannya, dia masih duduk terpaku sambil membaca buku, aku berusaha mengalihkan keheningan dengan menocoba memulai pembicaraan,

“Ra”

Dia menghentikan bacaannya lalu menoleh ke arahku

“Iya fan, kenapa?” sahutnya

“ke perpustakaan yuk, dari pada di sini sepi” ujarku

Dia menghela nafas sebentar sebelum memberikan keterangan lebih lanjut,

“iya boleh ayok, aku juga pengen ngadem” dia menjawab yang kemudian memasukkan bukunya ke dalam tasnya,

Saat itu di kelas AC nya memang lagi di perbaiki, jadi akan sedikit panas jika kita berlama-lama, kemudian kita beranjak meninggalkan kelas dan berjalan beriringan menuju perpustakaan, aku terpesona olehnya gadis yang mempunyai mata indah, kulit putih bersih, memiliki suara yang amat lembut, sikapnya yang amat santun dan indah dipandang, menenangkan menyejukkan hingga membuat hatiku nyaman,

Dalam perjalanan menuju perpustakaan kita hanya mengobrol singkat tentang kegiatan kita masing-masing paska liburan semester, dia tidak liburan kemana mana, hanya menghabiskan hari di rumahnya yang tak jauh dari pusat kota,

Sesampainya di perpustakaan tepatnya lantai 2, dia langsung duduk di kursi tempat membaca, mengeluarkan buku dalam tas dan melanjutkan bacaannya tadi di kelas, sementara aku masih berkeliling melihat beberapa rak buku mencoba menemukan judul yang cocok untuk aku baca, setelah beberapa menit aku mencari aku menemukan buku karya Habiburrahman El shirazy, ku bawa ketempat duduk lalu kita membaca buku bacaan kita masing-masing,

Sekitar 1 setengah jam berlalu dia kemudian mengajakku untuk segera beranjak karena setengah jam lagi perkuliahan akan segera berlangsung,

“fan, udah setengah satu nih, ayok ke kelas” dia berucap lirih

“Oh iya, bentar lagi kelas yaa, aku hampir tidak menyadarinya” jawabanku, seketika ku tutup buku yang aku baca dan ku kembalikan ke tempat mengambilnya tadi, lalu kita mulai meninggalkan perpustakaan dengan berjalan beriringan dengan pelan,

Setelah sampai di kelas kita langsung duduk masing-masing tidak berdekatan dia duduk di depan, aku di belakangnya, aku senang sekali hari ini bisa berdua dengannya meskipun hanya sekedar jalan dan membaca buku sebentar, karena bagiku bersama orang yang kita cintai itu tak ternilai kebahagiaannya.

***

Suatu sore di bibir sungai Mahakam yang membentang dengan segala keindahannya dan terpukau olehnya, Kita menikmati senja yang berwarna jingga, dibalik jembatan yang membentang dengan panjangnya, Sembari Memandang sekitar, orang yang berlalu lalang, Anak anak kecil berlarian, serta kapal-kapal yang yang berlayar membawa harapan. Menyaksikan ikan yang menari menatap iri, Menyimak burung burung yang bernyanyi, Kugenggam Erat lembut tangannya dengan mesra, sembari melirik senyumnya.

Setelah matahari benar-benar tenggelam dan hilang dari jarak pandang menyisakan sedikit rona kuning keemasan di ujung barat sana, kita beranjak menuju masjid yang tak jauh dari tempat yang kita nikmati kini, lalu kami shalat berjamaah di masjid Baitul Muttaqin Sembari mengucap syukur dengan nada paling khusuk, Oleh takdir yang amatlah surga Yang tuhan Ridha menjadi Milik kita.

Sehabis itu aku ingin berkeliling kota tepian ini, berboncengan lalu, kamu memelukku dari belakang Sambil membaca ayat ayat suci Al-Qur’an dengan syahdu Atau saling bertukar kisah, sembari memancarkan senyum ke segala penjuru kota,

Kota yang indah Dihiasi oleh lampion yang berjajar sepanjang jalan dan trotoarnya serta rembulan di kedua matamu menenggelamkanku  malam itu.

***

Lalu terdengar suara orang mengucap salam, sontak aku kaget, ternyata kuliah hari ini sudah selesai, kuliah yang tak begitu lama hanya pengenalan pembelajaran saja, tapi sejak aku sampai di kelas tadi, semua tentangmu dalam hati menghilangkan kesadaransaat itu, aku terdiam sebentar setelah semua mulai bergiliran keluar.

Hari ini kuliahnya sudah usai akupun memutuskan untuk segera pulang, nampaknya dia tadi sudah pulang,

setelah masuk ke kelas tadi, seusai dari perpustakaan tak ada obrolan lagi,  kita hanya mengobrol sebentar seperlunya saja, dia memang tak suka banyak berbicara, dia gadis yang kini aku kenal dan aku sayang tapi entah ini hanya perspektif hati aku saja tidak dengannya, aku tak banyak mengetahui kehidupannya dia tak banyak bergaul seperti anak-anak yang lainnya, yang aku tau dia hanya mondok sambil kuliah di sini, aku sempat bertanyakepafa  temanku yang lain , katanya dia seorang penghafal Alquran, jadi aku sangat memaklumi jika dia bersikap seperti itu,

 Sesampainya di kost aku hanya banyak merenung tentangnya, mungkinkah orang sepertiku, orang yang terlampau biasa, sangat jauh dari kata sempurna dan layak mampu memilikinya, setiap hari setiap aku menghela nafas dikala dadaku mulai begitu sesak sebab ingin sekali aku bisa Memilikimu, namun apakah mungkin, kemungkinan itu yang sekarang menjadi pertanyaan besar dalam benakku.

Hingga suatu hari nanti yang tak pasti, terlepas dari usaha dan pasrahku kepada semua ini tentang mencintaimu, aku sudah siap atas segala kemungkinan yang akan menimpa, menjadi milikku atau tidak aku akan tetap mencintaimu

30 mei nanti akan ku tanyakan kepadamu, maukah kamu menjeput senja itu bersamaku? . []

30 Mei Untukmu

 


Entah bagaimana aku bisa mencintai, kalimat yang selalu aku renungkan setiap saat, seperti saat ini aku duduk di teras rumah, menatap rembulan yang sempurna oleh mata, kebiasaan setiap malam menulis kisah tentang bagaimana aku mencintaimu bagaimana takdir mempersulit atau mempermudah menjadikan kita untuk bertemu maupun mungkin akan bersama selamanya.

Sejak pertama mencintaimu dengan mudah sekitar empat tahun lalu, tentang bagaimana aku menemukan perempuan terbaik versiku, dengan berbagai macam keadaan hati, sakit atau lagi tersenyum olehmu sampai kini masih menjadi misteri bagiku. Bagaimana tuhan mendengar doa hatiku hingga beberapa hari yang lalu

Syafira ya dia Syafira  tiba-tiba menelponku meminta menjemputnya di stasiun kota, meskipun sebelumnya terkadang terjadi percakapan singkat lewat pesan namun kali ini adalah yang paling lama aku tunggu, ya bertemu denganmu.

malam itu telpon berdering dengan namamu, aku sontak kaget namun bahagia ada apa gerangan kok tiba tiba, lalu ku angkat,

” ya fira ada apa?” lalu terdengar suara lirih 

“assalamualaikum”

“Waalaikumsalam jawabku” terus fira melanjutkan percakapannya lagi

“zal”,

“ Iya kenapa? “  jawabku dengan nada yang tak begitu teratur

“lagi apa?” dia kembali bertanya,

“Lagi nulis-nulis aja ini kenapa?” ku akhiri kalimat ku dengan sedikit bertanya, kemudian dia melanjutkan percakapannya dengan nada pelan dan tenang.

“besok aku ada acara ke luar kota sama temen bertiga, tapi dia nanti bakalan tinggal di sana selama beberapa hari, jadi pulangnya aku sendiri gitu, kan pulangnya juga pakek kereta, Jika Kamu ada waktu aku minta tolong jemput aku gitu, ke stasiun kota” Dia mengakhiri kalimatnya dengan berkata,

“kalo kamu gak keberatan sih, dan misal gak bisa juga gakapapa”

“bisa kok santai aja, ntar aku jemput, emangnya jam berapa?” Kutanya,

sebenernya dalam hati berkata lirih, mau nganter mau nemenin apapun aku akan tetap mau, bagaimanapun aku telah lama ingin bertemu, ingin sesekali bersama, berbincang berdua. Lalu diapun menjawab pertanyaan ku tadi, dengan nada berbeda yang aku pun tidak mengerti,

“oke bisa yaa, kalo gak ngerepotin besok jemput aku jam 11, keretanya nyampeknya jam 11 soalnya” langsung ku jawaban yang sebenarnya hati telah di penuhi dengan kegembiraan di awal pembicaraan,

“Iya fira aman, gak ngerepotin kok santai aja, besok juga gak ada acara jam segitu” lalu dia menyeka pembicaraan ku,

“ya udah ketemu besok yaa, jam 11, aku mau istirahat dulu, udah malem soalnya”,

“iya iya istirahat besok biar gak kecapean” jawabku  mengakhiri pembicaraan malam itu,

Entah apa yg terjadi dengan diriku setelah itu, tubuhku menjadi agak kaku, jantungku berdebar kencang,  semalam aku tidak bisa tidur, karena ya mungkin begitu senengnya dan tidak percaya, apa iya, kita akan bertemu, sedekat itu, setelah kemustahilan yang mengheningkan kepala mungkin ini yang di sebut rahasia takdir yang maha kuasa.

Syafira adalah teman sekelas ku sejak pertama aku mulai kuliah dulu, kita sama sama kuliah di salah satu universitas di Jogjakarta, dia mempunyai nama yang amatlah indah syafira namun aku bisa memanggilnya Fira, perempuan yang tidak begitu tinggi, mempunyai wajah yang bersinar nan kulit yang putih, berpakaian rapi dengan kerudungnya yang begitu anggun, memiliki senyum yang begitu rekah ranum dalam dada.

Meskipun sekelas, kita jarang saling mengobrol atau bertegur sapa, kita hanya berdiam satu sama lain, bertemu pun saat ada mata kuliah yang bersamaan selebihnya kita hampir seperti tidak saling mengenal. selama itu dan sampai sekarang aku hanya bisa mengaguminya dan itu ku pendam sendiri, tidak ada yang tau hal ini apalagi dirimu, dan kalo saja aku boleh berharap kamu juga merasakan hal yang sama, juga seperti apa yang aku rasa.

Malam itu, semalam aku hanya bisa menatap langit langit tempat tidurku, aku masih belum percaya apa yang telah terjadi beberapa jam yang lalu, hingga sepertiga malam tanpa ku sadari, aku masih belum bisa terlelap, tertidur sejenak, lalu tak lama kemudian terbangun kembali, hingga terdengar kumandang adzan subuh yang mendayu-dayu dalam telingaku, yang membuatku  bergegas mengambil wudhu' lalu melaksanakan shalat subuh.

 setelah itu aku yang semalam tidak bisa tidur dengan nyenyak, aku pun mengantuk dan tertidur kembali, beberapa jam setelah itu aku terbangun ternyata sudah jam 8 pagi, aku langsung mengecek ponselku, takutnya dia mengirimi pesan dan aku gak tau, tapi ternyata tidak ada, dengan perasaan yang hampa aku memutuskan mengirimi dia pesan.

“Fira gimana acaranya?, jam berapa balik?, Kalo udah mau balik kabarin aku yaa”

Aku tutup pesan singkatku yang berisi beberapa pertanyaan itu, tapi tak ada jawaban, hanya centang dua, tapi tidak berwarna biru. Kepalaku hening, aku tak tau apa yang akan aku lakukan setelah ini, aku hanya menatap kosong dinding kamarku yang penuh dengan buku-buku.

Dua jam kemudian telpon ku berdering sebagai pertanda ada pesan masuk, ternyata Fira telah membaca pesanku dan kemudian menjawabnya, setelah kebingungan panjang sehabis bangun tidurku, lalu dia memulai pesannya,

“Alhamdulillah zal, acaranya udah selesai dan berjalan dengan lancar, setelah ini, aku akan langsung ke stasiun untuk siap siap balik, agar tidak ketinggalan kereta yaa, nanti kalo udah berangkat aku kabari”

dia menjawab pesanku dan berusaha dengan sesingkat mungkin, aku bergegas menjawab pesannya, karena memang pesanmulah yang paling aku tunggu,

“Alhamdulillah Fira kalo gitu, hati-hati ya di stasiun barang barangnya, nanti kalo ada apa-apa kabarin yaa”

tempat acaranya masih sekitar kota Jogja sekitar 40 menitan kalo naik kereta, tak lama kemudian dia mengirim sebuah foto yang menandakan dia telah berangkat dari sana.

Jujur dari semalam aku belum makan sama sekali, aku tau dia pasti gak akan sempat untuk sekedar sarapan pagi, makanya aku memutuskan untuk tidak makan apa-apa juga dengan keinginan makan berdua nanti, makan apa yang dia suka, setalah dia mengirim foto tadi aku hanya menjawab dengan singkatnya,

"hati-hati Fira nanti kalo nyampek pasti aku jemput kok",

lalu dia langsung menjawab pesanku dengan cepat dengan pesan mencoba menghilangkan ketidak enakan didalam hatinya

“ini gak ngerepotin kan?, gak papa kan?, kalo misalkan gak bisa jemput juga gakpapa kok”,

aku kembali membuka dan membaca pesan itu yang sebelumnya pernah ia katakan, ku ucapkan kembali,

“gakapapa kok Fira, gak ngerepotin kok, udah sebentar lagi aku jemput kamu ke stasiun pokoknya kamu gak usah kemana-mana cukup nunggu aku aja”

Dia hanya melihat pesanku tertanda telah centang biru, namun dia tak membalasnya lagi, Karena beberapa menit lagi dia akan sampai aku segera mandi dan bersiap-siap, aku hanya memakai celana hitam, kaos dan baju luaran hijau kombinasi hitam dengan motif kotak kotak kecil, lalu aku bergegas untuk segera berangkat.

 

***

 

Hari ini amatlah cerah langit begitu biru, matahari sudah hampir berada lurus di atas kepala, cuacanya begitu panas, hujan lama tak turun, hanya sekali itupun telah dua bulan yang lalu, mungkin karena sekarang weekend jalanan begitu ramai.

orang-orang dengan kesibukan dan tujuannya masing-masing jalan begitu padat motor yang berlalu lalang hingga ke bahu jalan menimbulkan kemacetan, sepanjang perjalanan aku tak mampu berkendara dengan cepat, berbelok ke kiri kenanan, mencari ruang agar aku bisa mendahului berharap dapat sampai lebih cepat,

Beberapa saat aku merasa perjalananku akan segera tiba, aku menoleh ke arah jam yang sedang aku kenakan, ternyata sudah lewat dari yang aku perkirakan, tergesa gesalah aku membuka ponselku sembari melihat pesan yang telah masuk beberapa menit yang lalu, sialnya dia juga meneleponku sedang aku tidak mendengarnya, di jalan amatlah berisik oleh klakson dan bunyi kendaraan bermotor.

“zal aku sudah sampai, aku nunggu di mushalla yaa”

satu pesan yang aku baca sambil mengendarai motor, reflek langsung ku tangkap suasana di jalan saat itu yang dipenuhi kemacetan dengan kamera yang ada di ponselku, langsung aku krim sembari menulis pesan pendek dibawahnya,

“ maaf ya Fira aku telat, ini macet banget dari tadi, tapi bentar lagi nyampe kok”

ku taruk handphone ke kantong dan melanjutkan kembali perjalan ke stasiun kota, sembari tersenyum sendiri karena hati begitu riangnya, karena sebentar lagi aku akan menemuimu, melihat senyummu menatap wajahmu.

Pesisis jam 11:10  aku tiba di depan pintu keluar stasiun, namun dia masih belum nampak, aku masih belum menemukannya, aku kirimi dia foto-foto gedung-gedung dimana sekarang aku berada serta menunjukkan bahwa aku telah tiba, lama dia tak mamabalas pesanku, aku hanya menunggu di trotoar jalan di samping motor dan bersembunyi di balik tiang listrik agar tidak kena sinar matahari langsung, beberapa menit kemudian dia mengirim pesan,

“maaf zal aku tadi habis dari kamar mandi” lalu di melanjutkan pesannya

“ aku ke depan sekarang”

Kujawab dengan singkat  “iya aku tunggu di depan”

Tak lama kemudian terlihat seseorang melambai-lambai ke arahku, perempuan dengan gaun berwarna coklat dan krudung berwarna hitam tersenyum sambil berlari-lari kecil, wajahnya begitu berseri menyejukkan dalam hati, aku hanya bisa terpukau betapa pemandangan yang amat indah yang sedang aku saksikan, bahagianya aku katika melihat perempuan yang aku kagumi sejak lama akan segera berada di sampingku,

“zal udah lama ya nunggu?” dia kemudian memulai percakapan

“nggak, baru aja kok, maaf telat juga” sahutku, lantas dia langsung menimpali

“gakpapa kok, aku Cuma nunggu sebentar”

“Udah ayok naik cepat panas ini” pintaku

Dalam perjalanan terjadi percakapan dengan posisi yang agak sungkan, karena bagaimanapun sebelumnya tidak ada percakapan intens, kita hanya mengobrol seperlunya dan bertemu hanya ketika ada matakuliah saja,

“Fira, gimana acaranya tadi seru?” 

“ iya seru, banyak ilmu-ilmu baru yang aku dapatkan”

lantas dia bercerita panjang lebar mengenai acanya tadi dan teman-temannya di sana, aku hanya tersenyum mendengarnya sembari melirik spion motor yang mengarah langsung ke wajahnya, tak jauh setelah kami meninggalkan stasiun itu terdengar suara adzan berkumandang, kami langsung memutuskan mencari masjid terdekat untuk segera melaksanakan shalat dhuhur.

Seusai melaksanakan shalat berjamaah di Masjid kami melanjutkan perjalanan dengan kesepakatan mau makan dulu, sebenarnya dia tidak mau makan karena masih belum pengen makan namun aku tetap meminta agar makan, karena ini sudah siang dan agar perutnya tidak kesakitan. ,

“Fira, ayok makan dulu, ini udah siang, nanti sakit perutnya kalo telat makan”

“Iya ayok” dia akhirnya memutuskan untuk makan terlebih dahulu karena di motor tadi dia cerita bahwa dia belum makan juga, sebab acanya pagi jadi harus berangkat lebih awal juga, dia belum sempat makan apa-apa, hanya makanan ringan dan air putih yang dia peroleh di tempat acara tadi,

Sepanjang perjalanan berkeliling kota mencari tempat yang pas mau makan apa dan dia suka, akhirnya kita memutuskan makan mie di pinggir jalan, sepanjang perjalanan tadi membuatku merenung, dengan pertanyaan besar di kepalaku, apakah nanti, sehabis ini, adakah alasan kita untuk bertemu lagi, hatiku nelangsa dibuatnya aku tak tau harus bagaimana, pikiranku kacau, entah perasaan apa yang sedang menjera,

Pada saat makan kita hanya mengobrol persoalan perkuliahan, yang sebelumnya juga Belum kita ceritakan, bagaimana bisa memelih jurusan ini, cerita persoalan persahabatan, atau setelah ini mau lanjut kuliah lagi apa tidak,

Tak kerasa waktu cepat berlalu, makanan Yang kami makan telah habis, sejenak kami menghela nafas,

“zal aku habis Ini harus balik kegiatan di tempat ngajarku”

dia berkata seakan memintaku segera beranjak dan cepat mengantarnya kembali, perasaanku mulai agak berantakan aku masih belum bisa menerima dia akan segera pergi, nampaknya kita hanya bertemu sebentar, kita hanya sekedar makan dan pulang, aku masih belum menerima dengan semua ini, bertahun tahun lamanya aku mengharapkan kejadian ini, moment yang tak pernah aku duga akan terjadi, hati kecilku masih ingin berlama-lama dengan mu, masih banyak yang belum aku tanyakan perihalmu, ceritamu masih belum leluasa aku dengar dengan puas, aku masih ingin menatap wajahmu, menikmati senyumnu dengan jarak sedekat ini, aduhai nikmat luar biasa yang telah aku dapati hari ini,

“kegiatan apa emang Fira, kok buru-buru amat?” menjawabnya dengan kembali bertanya,

“rapat wali kelas dan penanggung jawab anak-anak”

“Oalah iya-iya ayok balik” kataku, sembari beranjak dari tempat duduk

Kemudian kamipun pergi , aku langsung mengantar dia diamana tempatnya tak jauh dari tempat makan kami itu, setelah sampai dia berucap

“Terimakasih ya zal, telah menjemput dan makan tadi”

“iya sama-sama, semoga kita bisa berjumpa kembali” kataku didepan wajahnya namun dia tidak merespon apapun, kemudian dia masuk kehalaman rumahnya sampai bayang-bayangnya pun tak kulihat lagi, karena dia telah menutup pintunya, Aku langsung pulang juga kerumah dengan pikiran yang menyelimuti isi kepala, dengan satu pertanyaan besar tadi yang telah aku renungi, apakah ada alasan setelah ini kita akan bertemu kembali, pertanyaan besar yang sampai saat ini aku belum Mampu menjawabnya, sebab kemustahilan itu begitu besar membatas di antara kita.

sesampainya di rumah aku berlari kamarku dengan penglihatan yang sedikit buram sebab airmata telah memenuhi kelopak mata, aku terbaring lemas di ranjang tempat tidur, sembari mendengarkan musik kesukaanku, yang dengarkan dikala aku lagi mengingat semua perihalmu, begitu rapuhnya diriku dihadapnmu, dihadapan semua kemustahilan ini, entah begitu banyak pikiran yang menguak, ya tentang takdir yang tak pernah mungkin mempertemukan kita kembali, terlebih nihil menjadi sepasang kekasih.

Hari-hari pun berlalu, tak ada komunikasi di antara kita berdua, namun kenapa setelah itu semua, pertemuan itu, membuat aku semakin mencintaimu, semakin merindukanmu, setiap hari aku hanya mampu melihat fotomu, melihat kembali pesan-pesanmu, menuliskan banyak kisah yang telah tercipta meskipun memori perjalanan kita amatlah singkat dan sederhana, yang, mungkin bagimu itu tidak berarti apa-apa.

Pertemuan itu, terlebih tentangmu, merupakan kemustahilan pertama yang aku temukan, apakah mungkin dia akan merasakan perasaan yang sama, apakah mungkin tuhan mentakdirkan kita untuk bertemu kembali dan berdua selamanya,

Sekitar jam 11 malam aku memutuslkan beranjak dari kamar tidurku di luar cukup dingin sekali malam ini, aku duduk di teras rumah menata bayang bayangmu, meneruskan lamunan perihal senyum kala Itu, belum sepenuhnya pergi dalam ingatanku, aku hanya berusaha menyusun mimpi, mencoba menenangkan diri dengan dada yang sesak, sebab harapanku musnah, sebab jalan mencintaimu amatlah rumit aku tuju.

Sudah berjam-jam aku di luar, malam semakin sepi, dengan tubuh Yang agak sedikit kedinginan, aku mengingat Satu hal;

30 mei nanti ku tanyakan kepadamu,

“bagaimana jika kita tak pernah saling memiliki?”

ku usap air mataku, lalu  beranjak ke tempat tidur karena sudah larut malam. []       

Rabu, 22 Januari 2025

Mari Berubah dan Les't Think

Mr. Hiiragi's

   

    Saya berusaha memahami film ini dengan baik, film tentang perjuangan seorang guru bernama Mr. Hiiragi's yang sedang berjuang melawan kangker, ia mencoba melakukan sesuatu yang sangat luar biasa diakhir hayatnya, sesuatu yang bisa mengubah meskipun tidak semua orang karena hidupnya telah divonis tidak akan lama lagi.

    Sebagai seorang guru pasti menginginkan yang terbaik untuk siswanya, ia ingin siswanya intuk berubah menjadi pribadi yang memiliki tanggung jawab, pemikiran yang matang, ikatan sosial yang baik antar sesama: untuk saling melindungi dan tidak semena-mena untuk bertindak dan dengan mudah menilai seseorang. Mengajarkan bagaimana kerjasama yang baik, berfikir sebelum melakukan sesuatu, musyawarah, berdiskusi dengan yang lain. 

    Kejadian semacam ini sejalan dengan dengan yang telah Allah firmankan dalam Al-Qur'an Surah Asy-Syura ayat 38 dan Surah Ali-Imran ayat 159. Dimana firmannya terkandung seruan seruan kepada seluruh manusia tentang pentingnya sebuah musyawarah, untuk memecahkan suatu persoalan. dalam hal ini seorang kali-laki Quraisy menyimpulkan tentang tafsir diatas, ia mengutip dari fatwa alaim ulama Imam Syafi'i dengan berkata "keputusan yang salah dari sebuah musyawarah jauh lebih baik dari pada pendapat pribadi, begitupun benarnya".

    Mr. Hiiragi's menyandera satu kelas siswanya dan menimbulkan kepanikan bagi guru dan orang tua siswanya, serta menghebohkan sosial media, mengapa hal ini terjadi, hal ini dilatar belakangi oleh kisah satu siswanya yang bunuh diri,, dan sorang guru perempuan yang memiliki trauma besar terhadap kehidupan sosial, sehingga ia hanya menyendiri dikamarnya, nahkan dia tak mau mendekati orang tuanya. Jadi siapakah pelakunya? bisa jadi kita, kenapa?

      Dua orang tersebut terkena dampak penggunaan internet yang negatif, dimana didalamnya terdapat orang yang gampang percayainformasi palsu, berita hoax, dan mudah memberikan statement seolah itu yang sebenarnya terjadi sebelum mengetahui terlebih dahulu kebenarannya seperti apa,mereka leboh memeilih bertindak gegabah, dan tidak memikirkan matang-matang apa yang akan dlakukan serta dampaknya akan bagaimana.

    Di media sosial ini terkadang apa yang kita ucapkan, informasi yang kita berikan, komentar-komentar yang kita utarakan, terkadang memberikan nilai negatif, bisa menyakiti hati seseorang, atau bahkan membunuh orang lain. teringat perkataan Imam Ghazali yang mengatakan "Pedang yang paling tajam adalah lidah manusia''. Lidah manusia pada zaman sekarang bisa tentang komentar-komentar negatif, dan hal-hal lain di media sosial yang mampu menyudutkan sesorang tanpa mengetahui terlebuh dahulu kebenarannya seperti apa. 

    Maka dari itu film ini ada untuk memberikan edukasi berharga, untuk kita semakin bijak lagi dalam melihat dan menanggapi realitas sosial, sehingga kita jauh lebih teliti lagi, lebih baik lagi untuk mengambil keputusan terhadap realitas yang sedang kita hadapi sekarang. 

    jika ada waktu lihatlah film nya secara langsung, banyak hal-hal berharga yang bisa kalian lihat, banyak pelajaran yang kita bisa ambil, baik kita sebagai guru, siswa atau orang lain, "kerena aku tak pandai menuluskannya".

    ''Les't Think" mari berubah.  

Bagaimana jika ia pergi

barangkali sesekali sadar harus segera bertandang sejenak tuk menghilangkan penak suatu hari aku bermimpi menjumpaimu di pinggir pantai sore...