Kamis, 23 Januari 2025

30 Mei Untukmu

 


Entah bagaimana aku bisa mencintai, kalimat yang selalu aku renungkan setiap saat, seperti saat ini aku duduk di teras rumah, menatap rembulan yang sempurna oleh mata, kebiasaan setiap malam menulis kisah tentang bagaimana aku mencintaimu bagaimana takdir mempersulit atau mempermudah menjadikan kita untuk bertemu maupun mungkin akan bersama selamanya.

Sejak pertama mencintaimu dengan mudah sekitar empat tahun lalu, tentang bagaimana aku menemukan perempuan terbaik versiku, dengan berbagai macam keadaan hati, sakit atau lagi tersenyum olehmu sampai kini masih menjadi misteri bagiku. Bagaimana tuhan mendengar doa hatiku hingga beberapa hari yang lalu

Syafira ya dia Syafira  tiba-tiba menelponku meminta menjemputnya di stasiun kota, meskipun sebelumnya terkadang terjadi percakapan singkat lewat pesan namun kali ini adalah yang paling lama aku tunggu, ya bertemu denganmu.

malam itu telpon berdering dengan namamu, aku sontak kaget namun bahagia ada apa gerangan kok tiba tiba, lalu ku angkat,

” ya fira ada apa?” lalu terdengar suara lirih 

“assalamualaikum”

“Waalaikumsalam jawabku” terus fira melanjutkan percakapannya lagi

“zal”,

“ Iya kenapa? “  jawabku dengan nada yang tak begitu teratur

“lagi apa?” dia kembali bertanya,

“Lagi nulis-nulis aja ini kenapa?” ku akhiri kalimat ku dengan sedikit bertanya, kemudian dia melanjutkan percakapannya dengan nada pelan dan tenang.

“besok aku ada acara ke luar kota sama temen bertiga, tapi dia nanti bakalan tinggal di sana selama beberapa hari, jadi pulangnya aku sendiri gitu, kan pulangnya juga pakek kereta, Jika Kamu ada waktu aku minta tolong jemput aku gitu, ke stasiun kota” Dia mengakhiri kalimatnya dengan berkata,

“kalo kamu gak keberatan sih, dan misal gak bisa juga gakapapa”

“bisa kok santai aja, ntar aku jemput, emangnya jam berapa?” Kutanya,

sebenernya dalam hati berkata lirih, mau nganter mau nemenin apapun aku akan tetap mau, bagaimanapun aku telah lama ingin bertemu, ingin sesekali bersama, berbincang berdua. Lalu diapun menjawab pertanyaan ku tadi, dengan nada berbeda yang aku pun tidak mengerti,

“oke bisa yaa, kalo gak ngerepotin besok jemput aku jam 11, keretanya nyampeknya jam 11 soalnya” langsung ku jawaban yang sebenarnya hati telah di penuhi dengan kegembiraan di awal pembicaraan,

“Iya fira aman, gak ngerepotin kok santai aja, besok juga gak ada acara jam segitu” lalu dia menyeka pembicaraan ku,

“ya udah ketemu besok yaa, jam 11, aku mau istirahat dulu, udah malem soalnya”,

“iya iya istirahat besok biar gak kecapean” jawabku  mengakhiri pembicaraan malam itu,

Entah apa yg terjadi dengan diriku setelah itu, tubuhku menjadi agak kaku, jantungku berdebar kencang,  semalam aku tidak bisa tidur, karena ya mungkin begitu senengnya dan tidak percaya, apa iya, kita akan bertemu, sedekat itu, setelah kemustahilan yang mengheningkan kepala mungkin ini yang di sebut rahasia takdir yang maha kuasa.

Syafira adalah teman sekelas ku sejak pertama aku mulai kuliah dulu, kita sama sama kuliah di salah satu universitas di Jogjakarta, dia mempunyai nama yang amatlah indah syafira namun aku bisa memanggilnya Fira, perempuan yang tidak begitu tinggi, mempunyai wajah yang bersinar nan kulit yang putih, berpakaian rapi dengan kerudungnya yang begitu anggun, memiliki senyum yang begitu rekah ranum dalam dada.

Meskipun sekelas, kita jarang saling mengobrol atau bertegur sapa, kita hanya berdiam satu sama lain, bertemu pun saat ada mata kuliah yang bersamaan selebihnya kita hampir seperti tidak saling mengenal. selama itu dan sampai sekarang aku hanya bisa mengaguminya dan itu ku pendam sendiri, tidak ada yang tau hal ini apalagi dirimu, dan kalo saja aku boleh berharap kamu juga merasakan hal yang sama, juga seperti apa yang aku rasa.

Malam itu, semalam aku hanya bisa menatap langit langit tempat tidurku, aku masih belum percaya apa yang telah terjadi beberapa jam yang lalu, hingga sepertiga malam tanpa ku sadari, aku masih belum bisa terlelap, tertidur sejenak, lalu tak lama kemudian terbangun kembali, hingga terdengar kumandang adzan subuh yang mendayu-dayu dalam telingaku, yang membuatku  bergegas mengambil wudhu' lalu melaksanakan shalat subuh.

 setelah itu aku yang semalam tidak bisa tidur dengan nyenyak, aku pun mengantuk dan tertidur kembali, beberapa jam setelah itu aku terbangun ternyata sudah jam 8 pagi, aku langsung mengecek ponselku, takutnya dia mengirimi pesan dan aku gak tau, tapi ternyata tidak ada, dengan perasaan yang hampa aku memutuskan mengirimi dia pesan.

“Fira gimana acaranya?, jam berapa balik?, Kalo udah mau balik kabarin aku yaa”

Aku tutup pesan singkatku yang berisi beberapa pertanyaan itu, tapi tak ada jawaban, hanya centang dua, tapi tidak berwarna biru. Kepalaku hening, aku tak tau apa yang akan aku lakukan setelah ini, aku hanya menatap kosong dinding kamarku yang penuh dengan buku-buku.

Dua jam kemudian telpon ku berdering sebagai pertanda ada pesan masuk, ternyata Fira telah membaca pesanku dan kemudian menjawabnya, setelah kebingungan panjang sehabis bangun tidurku, lalu dia memulai pesannya,

“Alhamdulillah zal, acaranya udah selesai dan berjalan dengan lancar, setelah ini, aku akan langsung ke stasiun untuk siap siap balik, agar tidak ketinggalan kereta yaa, nanti kalo udah berangkat aku kabari”

dia menjawab pesanku dan berusaha dengan sesingkat mungkin, aku bergegas menjawab pesannya, karena memang pesanmulah yang paling aku tunggu,

“Alhamdulillah Fira kalo gitu, hati-hati ya di stasiun barang barangnya, nanti kalo ada apa-apa kabarin yaa”

tempat acaranya masih sekitar kota Jogja sekitar 40 menitan kalo naik kereta, tak lama kemudian dia mengirim sebuah foto yang menandakan dia telah berangkat dari sana.

Jujur dari semalam aku belum makan sama sekali, aku tau dia pasti gak akan sempat untuk sekedar sarapan pagi, makanya aku memutuskan untuk tidak makan apa-apa juga dengan keinginan makan berdua nanti, makan apa yang dia suka, setalah dia mengirim foto tadi aku hanya menjawab dengan singkatnya,

"hati-hati Fira nanti kalo nyampek pasti aku jemput kok",

lalu dia langsung menjawab pesanku dengan cepat dengan pesan mencoba menghilangkan ketidak enakan didalam hatinya

“ini gak ngerepotin kan?, gak papa kan?, kalo misalkan gak bisa jemput juga gakpapa kok”,

aku kembali membuka dan membaca pesan itu yang sebelumnya pernah ia katakan, ku ucapkan kembali,

“gakapapa kok Fira, gak ngerepotin kok, udah sebentar lagi aku jemput kamu ke stasiun pokoknya kamu gak usah kemana-mana cukup nunggu aku aja”

Dia hanya melihat pesanku tertanda telah centang biru, namun dia tak membalasnya lagi, Karena beberapa menit lagi dia akan sampai aku segera mandi dan bersiap-siap, aku hanya memakai celana hitam, kaos dan baju luaran hijau kombinasi hitam dengan motif kotak kotak kecil, lalu aku bergegas untuk segera berangkat.

 

***

 

Hari ini amatlah cerah langit begitu biru, matahari sudah hampir berada lurus di atas kepala, cuacanya begitu panas, hujan lama tak turun, hanya sekali itupun telah dua bulan yang lalu, mungkin karena sekarang weekend jalanan begitu ramai.

orang-orang dengan kesibukan dan tujuannya masing-masing jalan begitu padat motor yang berlalu lalang hingga ke bahu jalan menimbulkan kemacetan, sepanjang perjalanan aku tak mampu berkendara dengan cepat, berbelok ke kiri kenanan, mencari ruang agar aku bisa mendahului berharap dapat sampai lebih cepat,

Beberapa saat aku merasa perjalananku akan segera tiba, aku menoleh ke arah jam yang sedang aku kenakan, ternyata sudah lewat dari yang aku perkirakan, tergesa gesalah aku membuka ponselku sembari melihat pesan yang telah masuk beberapa menit yang lalu, sialnya dia juga meneleponku sedang aku tidak mendengarnya, di jalan amatlah berisik oleh klakson dan bunyi kendaraan bermotor.

“zal aku sudah sampai, aku nunggu di mushalla yaa”

satu pesan yang aku baca sambil mengendarai motor, reflek langsung ku tangkap suasana di jalan saat itu yang dipenuhi kemacetan dengan kamera yang ada di ponselku, langsung aku krim sembari menulis pesan pendek dibawahnya,

“ maaf ya Fira aku telat, ini macet banget dari tadi, tapi bentar lagi nyampe kok”

ku taruk handphone ke kantong dan melanjutkan kembali perjalan ke stasiun kota, sembari tersenyum sendiri karena hati begitu riangnya, karena sebentar lagi aku akan menemuimu, melihat senyummu menatap wajahmu.

Pesisis jam 11:10  aku tiba di depan pintu keluar stasiun, namun dia masih belum nampak, aku masih belum menemukannya, aku kirimi dia foto-foto gedung-gedung dimana sekarang aku berada serta menunjukkan bahwa aku telah tiba, lama dia tak mamabalas pesanku, aku hanya menunggu di trotoar jalan di samping motor dan bersembunyi di balik tiang listrik agar tidak kena sinar matahari langsung, beberapa menit kemudian dia mengirim pesan,

“maaf zal aku tadi habis dari kamar mandi” lalu di melanjutkan pesannya

“ aku ke depan sekarang”

Kujawab dengan singkat  “iya aku tunggu di depan”

Tak lama kemudian terlihat seseorang melambai-lambai ke arahku, perempuan dengan gaun berwarna coklat dan krudung berwarna hitam tersenyum sambil berlari-lari kecil, wajahnya begitu berseri menyejukkan dalam hati, aku hanya bisa terpukau betapa pemandangan yang amat indah yang sedang aku saksikan, bahagianya aku katika melihat perempuan yang aku kagumi sejak lama akan segera berada di sampingku,

“zal udah lama ya nunggu?” dia kemudian memulai percakapan

“nggak, baru aja kok, maaf telat juga” sahutku, lantas dia langsung menimpali

“gakpapa kok, aku Cuma nunggu sebentar”

“Udah ayok naik cepat panas ini” pintaku

Dalam perjalanan terjadi percakapan dengan posisi yang agak sungkan, karena bagaimanapun sebelumnya tidak ada percakapan intens, kita hanya mengobrol seperlunya dan bertemu hanya ketika ada matakuliah saja,

“Fira, gimana acaranya tadi seru?” 

“ iya seru, banyak ilmu-ilmu baru yang aku dapatkan”

lantas dia bercerita panjang lebar mengenai acanya tadi dan teman-temannya di sana, aku hanya tersenyum mendengarnya sembari melirik spion motor yang mengarah langsung ke wajahnya, tak jauh setelah kami meninggalkan stasiun itu terdengar suara adzan berkumandang, kami langsung memutuskan mencari masjid terdekat untuk segera melaksanakan shalat dhuhur.

Seusai melaksanakan shalat berjamaah di Masjid kami melanjutkan perjalanan dengan kesepakatan mau makan dulu, sebenarnya dia tidak mau makan karena masih belum pengen makan namun aku tetap meminta agar makan, karena ini sudah siang dan agar perutnya tidak kesakitan. ,

“Fira, ayok makan dulu, ini udah siang, nanti sakit perutnya kalo telat makan”

“Iya ayok” dia akhirnya memutuskan untuk makan terlebih dahulu karena di motor tadi dia cerita bahwa dia belum makan juga, sebab acanya pagi jadi harus berangkat lebih awal juga, dia belum sempat makan apa-apa, hanya makanan ringan dan air putih yang dia peroleh di tempat acara tadi,

Sepanjang perjalanan berkeliling kota mencari tempat yang pas mau makan apa dan dia suka, akhirnya kita memutuskan makan mie di pinggir jalan, sepanjang perjalanan tadi membuatku merenung, dengan pertanyaan besar di kepalaku, apakah nanti, sehabis ini, adakah alasan kita untuk bertemu lagi, hatiku nelangsa dibuatnya aku tak tau harus bagaimana, pikiranku kacau, entah perasaan apa yang sedang menjera,

Pada saat makan kita hanya mengobrol persoalan perkuliahan, yang sebelumnya juga Belum kita ceritakan, bagaimana bisa memelih jurusan ini, cerita persoalan persahabatan, atau setelah ini mau lanjut kuliah lagi apa tidak,

Tak kerasa waktu cepat berlalu, makanan Yang kami makan telah habis, sejenak kami menghela nafas,

“zal aku habis Ini harus balik kegiatan di tempat ngajarku”

dia berkata seakan memintaku segera beranjak dan cepat mengantarnya kembali, perasaanku mulai agak berantakan aku masih belum bisa menerima dia akan segera pergi, nampaknya kita hanya bertemu sebentar, kita hanya sekedar makan dan pulang, aku masih belum menerima dengan semua ini, bertahun tahun lamanya aku mengharapkan kejadian ini, moment yang tak pernah aku duga akan terjadi, hati kecilku masih ingin berlama-lama dengan mu, masih banyak yang belum aku tanyakan perihalmu, ceritamu masih belum leluasa aku dengar dengan puas, aku masih ingin menatap wajahmu, menikmati senyumnu dengan jarak sedekat ini, aduhai nikmat luar biasa yang telah aku dapati hari ini,

“kegiatan apa emang Fira, kok buru-buru amat?” menjawabnya dengan kembali bertanya,

“rapat wali kelas dan penanggung jawab anak-anak”

“Oalah iya-iya ayok balik” kataku, sembari beranjak dari tempat duduk

Kemudian kamipun pergi , aku langsung mengantar dia diamana tempatnya tak jauh dari tempat makan kami itu, setelah sampai dia berucap

“Terimakasih ya zal, telah menjemput dan makan tadi”

“iya sama-sama, semoga kita bisa berjumpa kembali” kataku didepan wajahnya namun dia tidak merespon apapun, kemudian dia masuk kehalaman rumahnya sampai bayang-bayangnya pun tak kulihat lagi, karena dia telah menutup pintunya, Aku langsung pulang juga kerumah dengan pikiran yang menyelimuti isi kepala, dengan satu pertanyaan besar tadi yang telah aku renungi, apakah ada alasan setelah ini kita akan bertemu kembali, pertanyaan besar yang sampai saat ini aku belum Mampu menjawabnya, sebab kemustahilan itu begitu besar membatas di antara kita.

sesampainya di rumah aku berlari kamarku dengan penglihatan yang sedikit buram sebab airmata telah memenuhi kelopak mata, aku terbaring lemas di ranjang tempat tidur, sembari mendengarkan musik kesukaanku, yang dengarkan dikala aku lagi mengingat semua perihalmu, begitu rapuhnya diriku dihadapnmu, dihadapan semua kemustahilan ini, entah begitu banyak pikiran yang menguak, ya tentang takdir yang tak pernah mungkin mempertemukan kita kembali, terlebih nihil menjadi sepasang kekasih.

Hari-hari pun berlalu, tak ada komunikasi di antara kita berdua, namun kenapa setelah itu semua, pertemuan itu, membuat aku semakin mencintaimu, semakin merindukanmu, setiap hari aku hanya mampu melihat fotomu, melihat kembali pesan-pesanmu, menuliskan banyak kisah yang telah tercipta meskipun memori perjalanan kita amatlah singkat dan sederhana, yang, mungkin bagimu itu tidak berarti apa-apa.

Pertemuan itu, terlebih tentangmu, merupakan kemustahilan pertama yang aku temukan, apakah mungkin dia akan merasakan perasaan yang sama, apakah mungkin tuhan mentakdirkan kita untuk bertemu kembali dan berdua selamanya,

Sekitar jam 11 malam aku memutuslkan beranjak dari kamar tidurku di luar cukup dingin sekali malam ini, aku duduk di teras rumah menata bayang bayangmu, meneruskan lamunan perihal senyum kala Itu, belum sepenuhnya pergi dalam ingatanku, aku hanya berusaha menyusun mimpi, mencoba menenangkan diri dengan dada yang sesak, sebab harapanku musnah, sebab jalan mencintaimu amatlah rumit aku tuju.

Sudah berjam-jam aku di luar, malam semakin sepi, dengan tubuh Yang agak sedikit kedinginan, aku mengingat Satu hal;

30 mei nanti ku tanyakan kepadamu,

“bagaimana jika kita tak pernah saling memiliki?”

ku usap air mataku, lalu  beranjak ke tempat tidur karena sudah larut malam. []       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana jika ia pergi

barangkali sesekali sadar harus segera bertandang sejenak tuk menghilangkan penak suatu hari aku bermimpi menjumpaimu di pinggir pantai sore...